Background Image

TRADISI PERANG KETUPAT DI DESA KAPAL BALI

Tradisi Perang Kerupat

Tradisi Perang Ketupat di Desa Kapal

Desa Kapal, Bali memiliki sebuah tradisi yang unik. Tradisi tersebut sering kali menarik wisatawan yang datang, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Namanya tradisi Perang Ketupat. Sebagaimana layaknya sebuah perang, warga akan saling berhadap-hadapan dan melempar ketupat ke arah lawan. Pesertanya adalah warga masyarakat di desa tersebut.

Definisi Perang Ketupat di Desa Kapal

Perang Ketupat merupakan sebuah acara adat, dimana semua peserta melakukan perang dengan saling melempar ketupat. Di Indonesia sendiri, tradisi tersebut ada di Bangka Belitung dan Bali. Untuk Perang Ketupat di Bali disebut dengan Aci Rah Pengangon.

Tujuannya adalah untuk mengucap syukur atas semua karunia yang telah dilimpahkan Sang Pencipta kepada umatnya di dunia ini. Perang Ketupat di desa Kapal merupakan tradisi nenek moyang atau leluhur yang masih dilestarikan hingga saat ini. Perayaannya dilakukan satu tahun sekali.

Awal Kemunculan Perang Ketupat di Desa Kapal

Tradisi Perang Ketupat sudah ada sejak tahun 1970-an. Pada awal kemunculannya, tradisi tersebut melibatkan dua orang laki-laki yang bertelanjang dada. Masing-masing dari mereka bersenjatakan ketupat serta kue bantal.

Begitu Perang Ketupat dinyatakan mulai, kedua peserta akan saling menyerang dengan melemparkan ketupat ataupun kue bantal. Tidak ada aturan khusus dalam perang ketupat, setiap pemain bebas melempar ke arah manapun di kubu lawan.

Makna Tradisi Perang Ketupat di Desa Kapal

Mendengar nama Perang Ketupat, hal yang tidak akan lepas dari benak Anda tentu adalah makna adanya tradisi tersebut. Dalam setiap tindakan, terlebih lagi tindakan tersebut melibatkan banyak orang, tentu memiliki maksud dan tujuan, termasuk tradisi Perang Ketupat ini. Masyarakat Desa Kapal mempercayai bahwa dengan digelarnya Perang Ketupat, mereka akan memperoleh kesejahteraan. Bahkan, menurut ungkapan sesepuh di desa tersebut, perang ketupat dianggap sebagai simbol dari kemakmuran warga.

Perang Ketupat ini juga merupakan salah satu ritual yang diyakini sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas semua berkah yang selama ini telah diberikan. Kegiatan melempar ketupat ke arah lawan tersebut merupakan bentuk ekspresi, yang maksudnya adalah nasi dan ketupat tersebut dipersembahkan kepada alam semesta. Setelah selesai prosesi, ketupat-ketupat tersebut akan dinikmati oleh semua masyarakat.

Prosesi Upacara Perang Ketupat

Tradisi Perang Ketupat diawali dengan upacara persembahyangan oleh warga secara bersamaan di pura setempat. Pada saat berlangsungnya upacara, pemangku adat mengikuti sambil membaca mantra-mantra dan memercikkan air suci ke seluruh warga setempat. Kemudian ia akan memohon kepada Sang Hyang Widhi agar perang tersebut bisa sukses dan memberikan kesejahteraan serta keselamatan bagi warga desa.

Setelah melakukan persembahyangan di pura setempat, peserta akan menyiapkan amunisi. Di sinilah sisi unik dari Perang Ketupat. Sebagaimana namanya, Perang Ketupat ini memiliki amunisi berupa ketupat yang dihasilkan dari sumbangan warga desa Kapal. Ketupat tersebut jumlahnya ribuan dan selanjutnya digunakan untuk memukul atau mengenai lawan.

Peserta tradisi Perang Ketupat dibagi menjadi dua kelompok yang satu sama lain saling berhadapan. Perang pun dimulai dengan diberi aba-aba terlebih dahulu. Tradisi tersebut menjadi sangat menarik karena sorak-sorai dari warga setempat yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Itulah beberapa ulasan mengenai tradisi Perang Ketupat di desa Kapal, Bali.

No Comments

Post a Comment