Background Image

TRADISI MEGIBUNG DI KARANGASEM

Megibung atau lebih dikenal oleh orang awam dengan makan bersama yang dilakukan beberapa orang dalam satu tempat makan. Budaya ini pun menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Karangasem, bahkan menjadi salah satu wisata budaya yang populer di Bali. Ada beberapa istilah dalam tradisi megibung, seperti “sele” artinya bagian dari kelompok orang yang bergabung dan duduk bersama untuk menikmati tradisi megibung. Mereka biasanya duduk melingkar dengan jumlah peserta sekitar 6 orang. Kemudian istilah “gibungan” adalah beberapa sendok nasi dengan alas daun pisang yang diletakan di atas dulang atau nampan. Kemudian ada istilah “karangan” yaitu lauk pauk seperti lawar, komoh, urab (kelapa) putih dan barak, urutan, dan sate. Jenis lauk pauk ini bervariasi sesuai kemampuan, biasanya berbahan dasar daging babi.

Wilayah kabupaten Karangasem atau Bali Timur  menggelar acara Megibung dalam sebuah hajatan adat, seperti pernikahan, potong gigi, otonan, tiga bulanan anak, melaspas, acara piodalan, bahkan saat upacara ngaben. Tak hanya itu, Megibung juga dilakukan saat acara gotong royong, seperti membangun sebuah rumah warga yang melibatkan tetangga dan kerabat, nantinya warga akan bersantap dengan cara megibung. Berikut beberapa hal-hal yang diperhatikan dalam tradisi Megibung, diantaranya :

  1. Tidak Ada Perbedaan Strata dalam Pelaksanaan Tradisi Megibung 

Pada tradisi Megibung ini, tidak ada perbedaan status sosial maupun kasta. Semua membaur dan makan bersama. Megibung sekarang kerap dijumpai saat prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan di Karangasem. Tradisi ini bertujuan untuk mengikat kebersamaan warga dan akan terus menjadi tradisi yang turun temurun di Karangasem. Tradisi ini sudah ada sekitar tahun 1614 Caka (1692 Masehi). Kala itu Raja Karangasem, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem berperang untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di Sasak (Lombok). Saat prajurit sedang istirahat makan, Sang Raja membuat aturan untuk makan bersama dalam posisi melingkar. Raja juga turut makan bersama-sama dengan prajurit lain.

@arik.arini

        2. Ada Aturan yang Harus Diperhatikan 

Walaupun tidak ada aturan tertulis dalam tradisi atau acara Megibung, peserta Megibung juga harus memperhatikan beberapa tata krama, seperti tidak boleh meludah, berdahak, bersin, berteriak, ketawa keras, dan tata krama serta sopan santun lainnya. Ketika salah satu peserta megibung sudah kenyang, tidak diperbolehkan meninggalkan tempat. Mereka mulai bersama-sama dan harus mengakhiri bersama-sama pula. Peserta juga tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari suapan, tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelah kita. Untuk minum, air sudah disediakan dalam kendi tanah liat. Cara meminumnya dengan diteguk dari ujung kendi, sehingga bibir tidak menyentuh kendi. Kini untuk minumnya sudah lebih praktis, dimana air kendi sudah diganti dengan air mineral kemasan.

@fredikaava

Begitu banyaknya tradisi unik yang ada di Bali ya, ini hanya salah satu dari sekian banyak tradisi yang ada. Tradisi Megibung di Karangasem juga sudah banyak dilakukan pada berbagai daerah di Bali karena maknanya yang dalam, yaitu agar terjalinnya rasa kekeluargaan dan meningkatkan keakraban satu sama lain.

No Comments

Post a Comment