Berwisata Ke Monumen Puputan Badung
Siapa bilang Bali Cuma ada pantai dan juga sawah? Di sini wisatawan juga bisa lho berwisata sejarah. Di Denpasar kita sudah mengenal monument Bajra Sandhi, maka kali ini kita akan ke daerah Badung, dimana ada sebuah monument yang pantas mendapat perhatian kita.
Nama monument tersebut adalah monument Puputan Badung. Di sinilah, banyak wisatawan bisa belajar sejarah dari peristiwa tersebut. Ada juga yang sekedar ingin bersantai sambil menikmati suasana alam Bali yang indah dan mempesona.
Berikut Ini Ulasan Tentang Monumen Puputan Badung
Lokasi
Lokasi wisata ini cukup strategis dan mudah dijangkau, merupakan sebuah lapangan yang luas dan juga megah. Tepatnya, ada di jantungnya kota Denpasar. Monumen ini bukan hanya sekedar museum, namun juga merupakan tempat suci Pura Agung Jaganatha. Di sebelah timur bisa ditemui pula Patung Catur Muka. Di sini pulalah yang menjadi lokasi tapal batas kota yang bertanda nol kilometer Denpasar.
Sejarah
Sebagian besar dari kita pasti pernah mendengar istilah perang puputan, yakni perang yang dialami oleh rakyat Bali. Ada beberpaa perang puputan yang tersohor dan dikenal oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Perang ini didasar ikarena keinginan rakyat Bali untuk mempertahankan wilayah mereka dari imperialisme Balanda sebagai penjajah saat itu. Beberapa perang puputan juga diperingati oleh daerah tertentu, bahkan sampai dibangunkan monument peringatannya.
Kenapa dinamakan puputan?
Kata ini bermakna habis-habisan. Jadi, monument ini menjadi perhormatan sekaligus peringatan kepada rakyat Bali yang berperang habis-habisan hingga titik darah terakhir melawan para penjajah.
Kali ini kita akan mengenal sejarah monument puputan Badung. Ada satu peristiwa yang melatarbelakangi pembangunan museum sekaligus monument ini. Yakni pada tahun 20 September 1906, di monument ini terjadi peristiwa heroik yang melibatkan rakyat Bali. Rakyat bersama keluarga kerajaan melawan pasukan penjajah Belanda. Maka dari itulah, di sebelah utara lapangan badung, dibuatkan monumen puputan Badung yang terdiri dari patung perempuan, laki-laki, dan anak.
Pada saat itu, perang dikobarkan oleh Raja Denpasar, yang sayangnya bisa diredam oleh pihak penjajah yang memiliki persenjataan yang lebih modern saat itu. Setidaknya 4000 rakyat Bali harus tewas, termasuk juga keluarga kerajaan Denpasar Sendiri.
Hingga kini, monumen ini cukup terkenal baik di kalangan wisatawan lokal hingga internasional. Mereka yang datang kesini ingin tahu dan mengenang peristiwa puputan di daerah ini. Hingga tidak salah jika banyak wisatawan luar negeri yang sengaja singgah untuk melihat kisah keroik rakyat Bali dan keluarga kerajaan yang terjadi pada tahun 1906 demi melawan penjajah dan mengorbankan nyawa mereka.
Sebuah ruang terbuka hijau
Sebagai monument untuk perigatan perjuangan para pahlawan di perang badung, kawasan ini kini menjadi kawasan terbuka hijau yang jadi tempat favorit untuk bersanai. Ada hamparan rumput dan pepohonan yang hijau dan indah. Mulai dari main bersama, makan bersama, hingga menikmati udara yang sejuk, tempat ini sukses menarik perhatian para wisatawan.
Terlebih di hari Minggu atau hari libur, maka tempat ini akan sangat ramai, mulai dari yang ingin jogging pagi, lari pagi, hingga sekedar berjalan-jalan-jalan dan menghirup udara segar. Saat hari raya Nyepi, di sini pula diadakan pawai ogoh-ogoh yang menjadi magnet para wisatawan domestik maupun luar negeri.
Lapangan ini dibuka 24 jam, dan merupakan tempat rekreasi warga Denpasar. Untuk biaya masuk, gratis. Hanya saja kita harus membayar biaya parkir.
Image Source : gustisuarsana | imwdp | gus_adx
No Reviews