Pemakaman Unik di Desa Trunyan, Kintamani, Bangli
Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan memang sangat melegenda. Banyak turis yang datang ke Desa ini untuk membuktikan cerita bahwa mayat yang tidak dikubur tidak akan berbau busuk ketika diletakkan di bawah pohon Taru Menyan.
Ya, di Desa Trunyan memang ada tradisi unik pemakaman jenazah. Masyarakat desa ini memiliki tradisi pemakaman di mana jenazah dimakamkan di atas sebuah batu besar yang memiliki 7 cekungan. Cara ini sudah dilakukan secara turun temurun hingga sekarang. Masyarakat desa masih mematuhi cara ini sebagai adat yang dijunjung luhur.
Bagi yang penasaran uniknya Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan, maka berikut ini ada beberapa fakta menarik tentang tradisi ini:
1.Mayat yang dimakamkan tidak berbau busuk
Mayat di desa Trunyan diletakkan begitu saja di atas tanah. Lalu anggota keluarga memberikan pagar yang terbuat dari bambu dan tidak lupa sesaji di samping jenazah. Namun uniknya, mayat yang hanya diletakkan ini tidak menimbulkan bau busuk. Padahal, umumnya, mayat akan menimbulkan bau yang menyengat jika tidak dikubur di tanah. Tapi ajaibnya , mayat-mayat yang ada di sini tidak berbau. Konon, pohon yang ada di pemakaman ini, bernama Taru Menyan adalah pohon yang membuat mayat ini diberbau. Taru sendiri berarti pohon, dan menyan berarti harum jadi kalau diartikan, pohon harum.
2.Usia pohon diperkirakan berusia ribuan tahun
Kerennya, pohon di pemakaman Trunyan konon sudah berusia ribuan tahun. Dan dibawah pohon inilah, mayat-mayat berada. Masyarakat mempercayai bahwa bau busuk dari mayat sudah terserap oleh pohon ini.
Hal ini masih merupakan kepercayaan masyarakat adat Desa Trunyan dan belum bisa dibuktikan dengan penelitian. Namun uniknya, meskipun begitu faktanya tidak bisa dibantah, bahwa mayat yang ada di sini tidak pernha berbau busuk.
Jadi, cerita awal mula masyarakat Trunyan memulai tradisi ini berawal dari warga yang mencium bau harum yang sangat menyengat. Konon, bau harum itu berasal dari pohon Taru Menyan. Saking harumnya, banyak penduduk yang sakit dan mengalami pilek.
Lalu, masyarakat memutuskan untuk mengurangi harum menyengat itu dan tidak menganggu penduuk, maka diputuskan bahwa tempat tersebut di jadikan area pemakaman warga desa Trunyan.
3.Dimakamkan di sini ada syaratnya
Bagi mayat yang akan dimakamkan di sini, ada syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Masyarakat memiliki tradisi sendiri yang harus dipatuhi. Ketentuannya adalah bahwa mayat yang ditaruh di dekat pohon Trunyan tersebut tidak boleh melebihi dari 11 jenazah.
Ketentuan lainnya adalah bahwa mayat yang diletakkan di bawah pohon haruslah yang mati wajar, serta sudah pernah menikah.
Jika mayat sudah menjadi tulang belulang, maka akan dikumpulkan di dekat akar pohon Trunyan. Hal ini memberi ruang bagi mayat baru yang akan diletakkan di bawah pohon.
4.Ada yang disebut sema bantas
Apa itu sema bantas? Adalah tempat pemakan di Trunyan yang dikhususkan untuk pemakaman orang yang mati tidak wajar, seperti kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh. Mayat-mayat ini tidak boleh di letakkan di dekat pohon trunyan, harus dimakamkan di tempat lain yang disebut Sema Bantas.
5 Ada sema muda
Jika sema bantas di khususkan untuk yang mati tidak wajar, maka sema muda dikhususkan untuk yang bayi dan anak-anak yang meninggal. Tempat ini juga jadi pemakaman bagi orang dewasa yang belum menikah. Berbagai tempat pemakaman ini dibedakan berdasarkan hukum adat dan kaidah dari Desa Trunyan yang berlaku.
Demikianlah Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan yang sangat unik. bagi yang penasaran, di agenda liburan mendatang, cepat-cepat menyaksikan sendiri tempat pemakaman ini, dan siap-siap tercengang dengan keajaiban yang ada di desa Trunyan, Bali.
i feel hypoglycemic but my blood sugar is fine
You made some good points there. I checked on the web for more information about the issue and
found most individuals will go along with your views on this site.