Parade Ogoh – Ogoh Saat Pengerupukan
Siapa yang tak kenal Bali? Namanya sudah menggaung hingga ke mancanegara. Bali bukan hanya dianugrahi alam yang indah luar biasa, namun juga memiliki berbagai keunikan tradisi dan budaya yang masih di junjung luhur oleh masyarakatnya. Jadi, alasan para turis datang ke Bali bukan sekedar karena melihat sunset atau pasir putihnya yang sudah mendunia, namun juga untuk melihat budayanya yang unik. Salah satu budaya yang wajib saksikan di Bali adalah ogoh-ogoh saat pengerupukan. Acara tahunan ini selalu diramaikan masyarakatnya yang sangat antusias. Tradisi inilah yang mengundang para turis untuk ramai turut sreta menyaksikan tradisi ini.
Pelaksanaan ogoh-ogoh di hari Nyepi ini saat ini tidak dilakukan setiap tahun secara rutin oleh semua daerah di Bali. Pasalnya ada yang melaksanakannya dua tahun sekali.
Tradisi ini muncul di awal tahun 90 an. Nah di tahun 95 ada aturan bahwa agar tidak terlalu capek, maka ogoh-ogoh ditiadakan. Pasalnya, ada pelaksanaannya bisa sangat melelahkan, karena melasti yang cukup jauh ke pantai seseh. Hal ini bertujuan agar pelaksanan nyepi lebih khusyuk.
Bagi desa yang menyelenggarakan ogoh-ogoh saat pengerupukan, selalu dipadati oleh penonton yang ingin menyaksikan serunya tradisi ini.
Pelaksanaan ogoh-ogoh sendiri merupakan tradisi yang didasarkan pada kepercayan umat Hindu Bali yang menciptakan ogoh-ogoh sebagai representasi dari bhuta kala. Ada nilai budaya yang ingin disampaikan dalam pawai ogoh-ogoh ini. Filosofi yang disampaikan di sini, adalah manusia diharuskan untuk menjaga alam dan sumber dayanya dan tidak merusak lngkungan tempat kita hidup berdampingan dengan alam.
Umumnya, bagi desa yang melaksanakan ogoh-ogoh mereka membuat satu simbol bhuta kala yang kemudian akan diarak. Buta kala disimbolkan dengan sebuah bonek besar yang di buat masyarakat desa. Inilah yang menjadi simbolisasi dari segala sifat buruk dan kejahatan yang ada di kehidupan manusia. Boneka untuk ogoh-ogoh saat pnegerupukan dibuat dari bambu yang selanjutnya dilapisi kertas. Saat ini ada juga boneka yang dibuat dari styrofoam karena bentukya yang lebih halus. Pembuatan goh-ogoh bisa memakan waktu lama, bisa memakan waktu hingga bermingu minggu.
Pelaksanaannya dilakukan sehari sebelum Nyepi atau tilem sasih kesanga pada setiap banjar yang ada di Bali. Untuk persiapannya, dilakukan sejak sore dan pawai ini berlangsung hingga tengah malam. Pelaksanaan ini biasanya akan sangat ramai dan riuh karena banyak turis dan wisatawan yang ingin menyaksikan ogoh-ogoh saat pengerupukan. Oleh karena itu, pemerintah setempat mengeluarkan aturan untuk menertibkan pawai ogoh-ogoh. Mereka menentukan pemusatan titik keramaian pawai dan juga melombakan kreativitas ogoh-ogoh yang dibuat. Hingga banyak desa yang turut berpartisipasi dan menciptakan ogoh-ogoh terbaik mereka.
Pelaksanaan yang tertib ini membuat para penonton yang ingn menyaksikan bisa melihatnya dengan nyaman. Hingga tiap tahun, rutinitas tradiri ini bisa berjalan dengan lancar dan menjadi daya tarik para wisatawan baik dari lokal hingga interasional.
Hampir disetiap daerah akan ramai oleh tradisi ini. Salah satunya adalah Denpasar. Untuk kota ini sendiri, beberapa pusat keramaian yang bisa dikunjungi saat pawai ogoh-ogoh: adalah di Patung Catur Muka Puputan, merupakan alun-alun kota Denpasar. Selain itu, masih banyak lagi tempat yang bisa dituju untuk langsung menyaksikan tradisi unik ini.
No Comments