Background Image

TRADISI NYAKAN DIWANG DESA BANJAR

Tradisi Nyakan Diwang

Tradisi Nyakan Diwang Desa Banjar

Ada sebuah tradisi di Bali yang dilakukan secara turun-temurun dan dianggap sebagai tradisi yang sakral. Tradisi semacam ini memang sangat banyak di Bali, tetapi pada kesempatan kali ini Anda akan kami ajak membahas salah satu tradisi Bali yang unik dan khas.

Tradisi yang dimaksud adalah tradisi yang diselenggarakan di Desa banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Tradisi ini diberi nama Nyakan Diwang. Apakah sebelumnya Anda sudah pernah mendengar tradisi Nyakan Diwang di desa Banjar? Jika belum, mari kita simak dengan baik penjelasan di bawah ini.

Nyakan Diwang Desa Banjar Alias Masak di Jalan

Nyakan Diwang adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Banjar sehari setelah pelaksanaan nyepi. Arti Nyakan Diwang sendiri adalah masak dijalan. Jadi masyarakat yang ikut serta dengan acara ini akan beramai-ramai menanak nasi di pinggir jalan atau diluar rumah.

Meskipun sudah berlangsung sejak ratusan tahun, namun tradisi ini kurang dikenal di masyarakat karena belum pernah dipublikasikan dengan baik. Ada pula yang berpendapat bahwa Nyakan Diwang adalah sebuah tradisi leluhur yang menjadi gandengan atau rangkaian dari perayaan Hari Raya Caka atau Nyepi yang hanya ada di Desa Banjar.

Tujuan diadakannya tradisi ini adalah sebagai bentuk pembersihan desa atau rumah, terutama pada bagian dapur warga desa Banjar. Tradisi ini memang menjadi tradisi kepercayaan yang dilakukan secara turun-temurun serta selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Mereka percaya, seseorang yang mau melaksanakannya akan terbebas dari leteh atau kotornya dunia.

Sarana Upacara Nyakan Diwang Desa Banjar

Sangat sederhana, begitulah kesan pertama yang terlihat di upacara Nyakan Diwang. Untuk membuka upacara ini masyarakat memulainya dengan menanak nasi di luar rumah atau dipinggir rumah menggunakan kayu bakar. Nasi dari beras tersebut harus dimasak secara sempurna dan dengan senang hati.

Uniknya, ketika ada anggota keluarga yang menanak nasi, anggota keluarga lainnya akan ikut serta menemani. Mereka akan membentangkan tikar dan duduk sambil minum kopi hitam.

Pelaksanaan upacara ini tidak di sembarang waktu, ada waktu yang ditentukan untuk memasak. Semua orang boleh memasak di luar rumah pada jam 03.00 pagi. Tanpa ada komando, hampir semua masyarakat Desa Banjar akan keluar rumah di jam tersebut. Sambil menunggu nasi matang, tepat jam 04.00 pagi tetangga akan saling mengunjungi satu sama lain untuk saling menyapa.

Meskipun pelaksanaan upacara ini atas dasar kesadaran keluarga dan tidak akan dikenakan sanksi bagi yang tidak menjalankannya, masyarakat Banjar tetap saja melaksanakan upacara ini dengan kompak atas kesadaran masing-masing. Mereka yakin jika tidak melaksanakan Nyakan Diwang, mereka akan merasakan kecemasan atau niskala ketika tidak melaksanakan upacara itu.

Silaturahmi dan kesadaran diri yang ada pada masyarakat Banjar patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. Kesetiaan-nya pada leluhur untuk tetap melaksanakan tradisi ini juga masih kental dan belum dilupakan. Itulah sedikit pengetahuan seputar Tradisi Nyakan Diwang Desa Banjar, Bali. Semoga apa yang kita sampaikan diatas dapat menambah wawasan bagi Anda yang membaca dan memberikan manfaat kepada Anda.

No Comments

Post a Comment