Background Image

TRADISI MESBES BANGKE DI TAMPAKSIRING

 

Tradisi yang ada di Bali memiliki filosofinya masing-masing. Tradisi yang unik sampai tradisi yang cukup ekstrem memiliki filosofinya tersendiri, dan biasanya tergantung dari sejarah leluhur wilayah tersebut. Biasanya akan menjadi tradisi karena untuk menjaga dan menghormati budaya yang sudah ada sejak dulu. Begitu halnya dengan tradisi unik yang cukup ekstrem ini, yaitu Tradisi Mesbes Bangke (mencabik mayat) Di Tampak Siring.

Tradisi yang cukup ekstrem ini masih dilakukan di desa banjar adat Buruan, Tampak Siring, Gianyar. Dari 13 banjar adat yang berada dibawah naungan Desa tampak Siring, hanya banjar Baruan yang masih melakukan ritual ini.

@Asih Si Quinsy

Awal mula tradisi mesbes bangke ini berawal dari kisah yang konon katanya, dahulu penduduk asli banjar Buruan ini kebingungan untuk menghilangkan bau busuk yang dikeluarkan oleh mayat, karena zaman dulu tidak ada formalin, mereka harus mencari cara agar mayat tidak berbau bau busuk yang dikeluarkan mayat tersebut. Karena warga Banjar Buruan tidak kuat menahan bau busuk yang dikeluarkan oleh mayat tersebut, maka warga memiliki ide untuk mesbes (mencabik) mayat tersebut, dan pada saat mencabik-cabik (mesbes) mayat mereka harus merasakan kegembiraan, agar lupa akan bau yang ditimbulkan oleh mayat tersebut. Setelah mayat di cabik-cabik dengan tangan dan giginya sekalipun, entah dagingnya dimakan atau sekedar dicabik, cabikan mayat tersebut di oper-oper seperti sedang melakukan permainan. Menurut warga, mereka merasa senang melakukan tradisi tersebut, daging mayat dicabik dan dioper mereka meluapkan kegembiraan sehingga bau tersebut terlupakan.

Saat tradisi Mesbes Bangke ini berlangsung, para pencabik mayat tersebut ada yang setengah sadar atau kesurupan bahkan ada yang masih sadar, namun mereka tetap bersemangat untuk mencabik mayat hingga naik ke atas mayat, apalagi diiringi oleh gamelan baleganjur dan guyuran air membuat mereka menjadi tambah semangat, setelah warga lelah mencabik mayat ataupun saling oper daging mayat, barulah jenazah atau mayat tersebut di bawa ke tempat upacara Ngaben. Konon untuk mencabik mayat tersebut harus dilakukan oleh penduduk asli dari banjar Buruan, jika dilakukan oleh penduduk pendatang akan berakibat fatal bagi mereka yang melakukannya. 

@Sobat Awan

Ada pantangan yang tidak boleh dilakukan selama ritual Mesbes Bangke digelar, yaitu mayat sama sekali tidak boleh menyentuh tanah ataupun jatuh, maka dari itu orang yang mengangkat mayat harus memiliki tenaga kuat, jika hal itu terjadi maka desa adat banjar Buruan mendapatkan sanksi, yang mana harus mengadakan pecaruan. Namun hingga sekarang tidak ada mayat yang demikian.  

@News NusaBali

No Comments

Post a Comment